KOMUNIKASI KONSELING
KOMUNIKASI
DALAM KONSELING
Biasanya
komunikasi dalam konseling selalu melibatkan tiga dimensi, yaitu dimensi
pribadi, dimensi kontekstual, dan dimensi relasional. Pada dimensi personal,
dalam proses konseling, konseli menyampaikan pesan tentang
keberadaan diri mereka sendiri kepada konselor, dimensi kontekstual berkaitan dengan isi dari pesan yang disampaikan. Dimensi relasional ini
terkait dengan pesan-pesan yang merupakan penghargaan dan
pandangan konseli terhadap konselor selama proses konseling berlangsung. Dalam
komonikasi konseling, juga sering terjadi masalah, seperti maslah pengontrolan
dan masalah gejala.
a. Masalah pengontrolan seperti:
• Mengontrol
suasana emosi
• Mengontrol
respon konselor
• Mengontrol
kurangnya kesadaran
• Mengontrol
keterampilan memanipulasi
b. Masalah Mengkomunikasikan melalui gejala-gejala, seperti
•
Jenis-jenis pesan
• Implikasi
bagi konselor
D.
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN dalam KOMUNIKASI DALAM KONSELING
1. Penghampiran
Penghampiran
(atending), merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang
bersifat dialogis karena penghampiran seolah-olah merupakan pembukaan untuk
memulai suatu komunikasi. Keterampilan penghampiran merupakan keterampilan
berkomunikasi melalui isyarat isyarat verbal dan non verbal sehingga memberikan
kemungkinan peserta memberikan perhatian kepada pembicara pada tahap paling
awal. Bila hal ini berhasil dilakukan dengan baik, maka hal itu akan menjadi
awal bagi proses komunikasi selanjutnya. Sapaan awal dengan nada suara yang
baik adalah merupakan pintu pertama dari penghampiran, misalnya ucapan
“Assalamu’alaikum, dst. “Selamat pagi, selamat berjumpa, dsb.” Hal itu
dilakukan dengan tekanan suara, sikap sopan, kontak mata, penampilan perawakan,
pengamatan, gerak badan, dsb.
Secara
psikologis, penghampiran merupakan suatu situasi yang memberikan suasana
hubungan yang sedemikian rupa dimana para peserta merasa dirinya diterima,
merasa dekat, merasa penting, dan dihargai martabatnya.
Keterampilan
penghampiran dapat dikembangkan melalui berbagai cara seperti:
• Ungkapan
salam dan sapaan yang penuh sopan, dengan nada suara yang baik
• Penampilan
diri dengan postur (perawakan) fisik yang meyakinkan
• Gerakan
fisik yang disertai dengan perhatian secara menyeluruh
• Pengakuan,
sentuhan, dan kontak fisik yang sederhana dan penuh perhatian, disertai dengan
sikap yang
menunjukkan bahwa kehadiran kita sebagai sesuatu yang akan memberikan makna
bagi para peserta
• Memelihara
kontak mata secara menyeluruh dan tepat sesuai dengan situasi dan topik
bahasan
• Mengamati
dan menyimak dengan penuh perhatian
2. Empati
Keterampilan
empati dapat dilakukan dengan cara memberikan respon Kepada peserta didik dalam
bentuk:
• Sikap
menerima dan memahami ungkapan orang lain, misalnya dengan gerak mata,
anggukan, gerak tangan, air muka dsb.
• Memberikan
perhatian yang mendalam terhadap ungkapan seseorang
• Pernyataan
yang menggambarkan ungkapan suasana perasaan yang diungkapkan
• Memberikan
dukungan terhadap ungkapan tertentu
3. Merangkum Sebagai wujud sikap penerimaan kita terhadap
Ungkapan
tersebut, maka keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan merangkumkan. Untuk itu kita harus mampu menyimak seluruh pembicaraan
dengan baik dan kemudian membuat rangkumannya untuk selanjutnya disampaikan sebagai respon kita terhadap pembicara. Keterampilan membuat rangkuman yang
baik dan tepat dapat memberikan dampak psikologis adanya rasa diterima, dihargai, dan diakui yang pada gilirannya dapat menunjang proses dialogis selanjutnya.
Keterampilan
merangkumkan dapat dilakukan dengan cara-cara seperti:
• Memberikan
kesempatan kepada pembicara untuk menyampaikan ungkapannya secara lengkap
•
Menunjukkan sikap memberikan perhatian dan menyimaknya dengan penuh
perhatian
• Membuat
catatan-catatan seperlunya untuk merangkum pembicaraan
• Pada akhir
pembicara menyampaikan ungkapannya,
4. Bertanya
Bertanya
merupakan salah satu aspek dalam proses komunikasi baik dalam memulai, selama
proses berjalan, ataupun dalam mengakhiri. Dalam komunikasi konseling ada dua
macam bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan
terbuka merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban secara terbuka oleh pihak
yang ditanya.
Pertanyaan
terbuka dapat membantu peserta dalam: (1) memulai perbincangan, (2) meminta
penjelasan lebih lanjut, (3) memberikan contoh, dan (4) memusatkan pada
perasaan peserta. Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang jawabannya
sudah pasti dan biasanya bersifat faktual.
Keterampilan
bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
• Perhatikan
suasana peserta konseling.
• Kuasai
materi yang berkaitan dengan pertanyaan • Ajukan pertanyaan dengan cara yang
jelas dan terrah, serta tidak keluar dari topik pembahasan Segera berikan
respon balikan terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan, dengan sikap yang
baik dan empatik.
5. Kejujuran
Dalam
komunikasi konseling, komunitator terutama pemberi pesan harus mampu
menunjukkan kejujuran dari apa yang diungkapkannya sehingga dapat memberikan
pesan secara obyektif. Dalam hal ini ia harus mampu menyampaikan sesuatu secara
terbuka tanpa harus dimanipulasi. Berkomunikasi secara jujur dan asli merupakan
keterampilan yang amat penting. Dengan keterampilan ini komunikator dapat
menyatakan perasaannya mengenai perasaan orang lain dengan cara yang sedemikian
rupa sehingga orang lain dapat menerima tanpa ada ketersinggungan. Untuk dapat
mewujudkan keterampilan ini, kita harus mau memahami dan mampu menyatakan
perasaan yang sesungguhnya kepada orang lain. Keterampilan kejujuran dapat
membantu untuk berbagi perasaan terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan
orang lain, dan tetap menjaga hubungan baik.
Untuk
mengembangkan keterampilan kejujuran ada empat kondisi yang harus diperhatikan
yaitu:
a. Ungkapan
perasaan yang sebenarnya
b. Kejadian
tertentu yang membuat perasaan itu
c. Alasan
mengapa berperasaan seperti itu
d. Pengaruh
perasaan itu terhadap kegiatan selanjutnya
No comments:
Post a Comment